Super Garuda Shield 2025

Super Garuda Shield: Indonesia Bersama AS Gelar Latihan Tempur Terbesar di Asia Tenggara dengan Partisipasi Multinasional


Secara strategis, latihan ini mengirimkan sinyal yang jelas di kawasan di mana ketegasan militer China telah menimbulkan kekhawatiran di antara sekutu AS.



Selasa, 26-08-2025

TSM-Indonesia resmi memulai latihan militer multinasional terbesar yang pernah diselenggarakan di Indonesia, selama 11 hari, hingga 4 September, dengan partisipasi lebih dari 6.500 pasukan dari 13 negara akan melaksanakan operasi latihan tersinkronisasi di Jakarta, Sumatra, dan Kepulauan Riau. 

Latihan yang dimulai sebagai inisiatif bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat pada tahun 2007 ini telah berkembang menjadi platform pertahanan regional yang penting, menyoroti meningkatnya kepentingannya di lingkungan Indo-Pasifik yang tegang yang ditandai oleh persaingan pengaruh dan sengketa keamanan maritim.



Super Garuda Shield kini lebih dari sekadar manuver gabungan: latihan ini menjadi simbol kerja sama pertahanan multilateral di Asia Tenggara. Peserta tahun ini meliputi pasukan dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura, Inggris, Prancis, Kanada, Jerman, Belanda, Selandia Baru, Brasil, dan Korea Selatan, serta negara tuan rumah, Indonesia. 

Menurut Wakil Panglima TNI, Jenderal Tandyo Budi Revita, latihan ini mencerminkan tekad negara-negara mitra untuk "menanggapi setiap tantangan dengan cepat dan tepat," sementara Admiral Samuel J. Paparo, Kepala Komando Indo-Pasifik AS, menekankan bahwa latihan ini merupakan perwujudan tekad kolektif untuk mencegah segala upaya yang dapat mengubah keseimbangan regional dengan kekuatan.



Desain operasional edisi 2025 menggarisbawahi ambisi ini. Modul pelatihan mencakup latihan tembak langsung gabungan, serangan amfibi, operasi udara, pengerahan cepat HIMARS, dan skenario peperangan di hutan. Selain manuver konvensional, pasukan yang berpartisipasi juga akan terlibat dalam pertahanan siber, perencanaan staf, dan operasi medis dalam simulasi kondisi medan perang. Penyertaan proyek aksi sipil, upaya rekayasa, dan pertukaran budaya menyoroti tujuan ganda: mempersiapkan potensi pertempuran sekaligus membangun kepercayaan yang langgeng di antara peserta dan masyarakat tuan rumah.


Secara strategis, latihan ini mengirimkan sinyal yang jelas di kawasan di mana ketegasan militer China telah menimbulkan kekhawatiran di antara sekutu AS. Terlepas dari pernyataan Washington yang berulang kali bahwa Super Garuda Shield tidak ditujukan untuk Beijing, perluasan latihan sejak 2022 mencerminkan konsensus yang berkembang di antara negara-negara yang sepaham tentang perlunya interoperabilitas jika terjadi krisis. 

Dengan meningkatnya kehadiran penjaga pantai dan milisi China di Laut China Selatan, latihan ini mempersiapkan militer regional untuk beroperasi bersama di seluruh wilayah, memperkuat pencegahan dan memastikan kebebasan navigasi. Pesannya adalah bahwa koalisi negara-negara, dari kekuatan Asia-Pasifik hingga sekutu transatlantik, bersedia dan mampu mengoordinasikan upaya pertahanan dalam menanggapi agresi.



Bagi Indonesia, menjadi tuan rumah Super Garuda Shield merupakan peluang sekaligus langkah penyeimbang. Jakarta mempertahankan hubungan ekonomi yang signifikan dengan Beijing dan terus menghindari konfrontasi langsung dengan China, sementara pada saat yang sama membeli persenjataan dari AS dan Prancis serta memperdalam kerja sama pertahanan dengan mitra-mitra Barat. 

Pendekatan jalur ganda ini mencerminkan kebijakan non-blok Indonesia yang telah lama berlaku: dengan melibatkan banyak mitra secara luas, Jakarta memperkuat postur pertahanannya sendiri tanpa secara formal berpihak pada satu blok pun. Para analis melihat fleksibilitas ini sebagai salah satu aset terbesar Indonesia dalam menavigasi lanskap keamanan Indo-Pasifik yang semakin diperebutkan.


Super Garuda Shield edisi 2025 mengukuhkan posisinya sebagai latihan multinasional utama di Asia Tenggara, yang menggabungkan pelatihan tempur, pengembangan interoperabilitas, dan pemberian sinyal strategis. Dengan menyatukan 13 negara dan lebih dari 6.500 pasukan, latihan ini menggarisbawahi pentingnya kemitraan militer di kawasan di mana sengketa maritim, persaingan kekuatan besar, dan titik api keamanan masih belum terselesaikan.

 Jauh melampaui pelatihan taktis, hal itu merupakan persiapan untuk respons kolektif, menunjukkan bahwa jika ketegangan meningkat, pasukan sekutu di Indo-Pasifik dapat mengandalkan prosedur bersama, rasa saling percaya, dan kemauan politik untuk bertindak bersama.


Admin

Komentar