Sekelompok orang yang selama ini dikenal kurang waras mendatangi kampus UGM untuk melakukan klarifikasi ijazah UGM. Mereka antara lain, kakek tua post power syndrome Amien Rais, maling panci Roy Suryo, dan dokter sarap Tifauzia.
Kalau ada orang yang datang ke FMIPA UGM untuk memeriksa ijazah saya, jelas orang itu tolol. Kenapa? Fakultas tidak menyimpan ijazah saya. Yang menyimpan adalah saya. Lalu kalau mereka datang ke rumah saya untuk meminta klarifikasi, juga akan saya tolak. Memang lu siapa, anjing?
Kalau mereka menganggap seseorang, dalam hal ini Jokowi, telah melakukan pemalsuan ijazah, maka mereka bisa melapor ke polisi dengan membawa bukti-bukti pemalsuan.
Emang mereka punya bukti? Itu lho, doktor yang katanya ahli forensik digital, membuat pernyataan bahwa di tahun Jokowi lulus itu belum ada font Times New Roman. Ini kan kocak.
Yang mereka sebut sebagai bukti itu adalah deretan pertanyaan atas berbagai hal yang mereka anggap sebagai kejanggalan. Jadi, kalau ada sesuatu yang menurut mereka tidak cocok, maka itu adalah bukti bahwa ijazah Jokowi itu palsu.
Salah satu yang dianggap janggal adalah masa jabatan Achmad Soemitro sebagai Dekan Fakultas Kehutanan UGM. Janggalnya di mana? Di ijazah Jokowi, Dekan yang menandatangani adalah Soenardi Prawirohatmojo. Menurut para orang sarap ini dekan yang seharusnya menjabat saat itu adalah Achmad Soemitro. Dasarnya? Sebuah artikel berita tentang wafatnya Achmad Soemitro yang menyatakan beliau jadi dekan tahun 1977-1988.
Kalau orang punya otak, jelas itu penarikan kesimpulan yang salah. Artikel berita bisa keliru. Faktanya memang keliru. Saat saya kuliah di UGM tahun 90-an Achmad Soemitro itu menjabat sebagai dekan. Saya dulu sering mengundang beliau untuk ceramah di Gelanggang Mahasiswa UGM. Data di berita itu sudah diralat oleh UGM. Tapi para orang sarap ini tentu saja menolak. Kalau UGM meralat berita itu, mereka langsung anggap sebagai upaya untuk menutupi kesalahan.
Rismon itu diklaim sebagai ahli digital forensik. Kalau saya lihat isi Youtube dia, aduh maaak. Ini pasien RSJ mana sih?
Si Rismon ini menganggap aneh soal halaman pengesahan skripsi Jokowi yang menurut dia dibuat pakai Microsoft Word, pakai font Times New Roman. Zaman segitu nggak ada orang pakai MS Word.
Memang nggak ada. Tapi pernyataan "lembar pengesahan dibuat dengan MS Word" itu adalah kesimpulan si Rismon bloon. Yang benar, lembar itu pakai font Times New Roman. Kok bisa? Dunia percetakan sudah lama pakai. Di sekitar kampus UGM dulu banyak percetakan, lembar halaman depan dan halaman pengesahan biasa pakai huruf percetakan yang bisa dipesan. Isi skripsi masih pakai mesin tik.
Beberapa orang yang biasa singgah di wall saya menganggap pernyataan Rismon ini sebagai hasil riset ilmiah. Aduh maaaak.
Kalau ada orang membantah, mereka pakai argumentasi bloon,"Ini pasti pendukung Jokowi." Padahal saya sepanjang pemerintahan Jokowi adalah orang yang gencar mengkritik, khususnya pada periode kedua.
Seperti biasa, posisi saya hanya meluruskan informasi.
Hasanuddin Abdurrahman
Komentar
Posting Komentar