Trump baru aja naikin tarif ke China menjadi 245%. Sebelumnya, China stop semua pemesanan Boeing. Makin menggila aja ini perang tarif. Trump pernah bilang pada masa kampanye tentang pertanyaan bagaimana menghadapi China. Pertanyaan ini dalam konteks militer. Trump jawab: ada yg lebih kuat dari Militer Amerika yakni kekuatan dagangnya. Dan beneran. Agresi ke China kali ini terjadi dalam bentuk perang dagang.
Tapi beredar juga ketakutan bahwa perang dagang bisa berubah jadi perang beneran. Seperti pada perang tarif sebelumnya yang berubah jadi perang dunia ke 2.
Kok bisa perang tarif bisa jadi perang dunia? Cukup kompleks, tapi tetep bisa dipahami.
Pada tahun 1930, Amerika Serikat mengesahkan **Smoot-Hawley Tariff Act.** Sebuah undang-undang yang menaikkan tarif impor secara besar-besaran untuk melindungi industri dalam negeri dari dampak Great Depression. Tujuannya sih baek: supaya industri lokal tetep berjaya dan orang2 masih punya kerjaan. Sekilas, masuk akal. Tapi ternyata hasilnya sebaliknya. Negara negara lain balas dengan tarif mereka sendiri. Hasilnya: jadi mahal banget buat beli barang import.
Orang sering lupa kalau industri dalam negri di manapun, seringnya masih tergantung komponen import. Akibatnya dari tahun 1929 sampai 1933 perdagangan dunia anjlok sampai 60%. Barang barang makin mahal ga kebeli (alias inflasi) sementara orang orang makin ga punya kerjaan.
Nah, kondisi dimana pengangguran meningkat, ini bikin ladang subur buat ideologi ekstrim, kekerasan, dan gampang bikin rakyat terpecah belah dengan nyari common enemy. Dalam kondisi kayak gini, militerisme subur.
Di Jerman, misalnya, jutaan orang kehilangan pekerjaan dan tabungan mereka. Dalam kondisi seperti itu, muncul tokoh-tokoh yang menjanjikan pemulihan cepat—termasuk Adolf Hitler, yang menawarkan nasionalisme, militerisme, dan "musuh bersama" untuk dijadikan kambing hitam: Yahudi. Di Jepang, susahnya ekonomi dalam negri bikin mereka fokus ke pengembangan militer dan ekspansi ke daerah laen yang punya sumber daya alam. Di Italy, mussolini sukses bawa agenda fasisme.
Karena kebijakan proteksionisme ini, negara mikirin kepentingannya masing masing dan berhenti bekerja sama. Tidak adanya hubungan dagang yang saling menguntungkan bikin solusi diplomasi jadi susah.
Sementara itu, negara-negara mulai menutup diri, nggak lagi percaya ama kerja sama internasional. Mereka berlomba-lomba mengamankan sumber daya sendiri. Dan ketika nggak bisa lewat dagang, mereka mulai mengincar lewat kekuatan militer. Jepang menyerbu Manchuria, Italia menyerang Ethiopia, Jerman menginvasi Eropa Timur. Perang tarif telah berubah menjadi Perang Dunia II.
Flowchartnya: Ekonomi dunia memburuk -> Resource tidak bisa didapat lewat dagang -> Ekstrimisme dan militerime meningkat -> Resource didapat lewat ekspansi dan ambil paksa.
Jadi, ketika kita melihat tarif-tarif melonjak hari ini, dan dua raksasa ekonomi—Amerika dan China-- saling bales, muncul pertanyaan: Akankah kita mengulang sejarah? Seremnya lagi, beda ama sebelumnya. Sekarang banyak negara punya nuklir.
Komentar
Posting Komentar