Awalnya, mereka - kaum pembenci dan pecundang, BSH (Barisan Sakit Hati) & bSH (budayawan Sakit Hati) - membahas dan menggoreng batik "Gringsing" yang dikenakan Sultan waktu bertemu pak Jokowi. Tolak bala, katanya - dan "bala" itu dikonotasikan dengan Presiden ketujuh RI. Sekali lagi, Presiden ketujuh RI!
Dan ternyata semua kecele. Caos Kagunan Kawedanan Kridha Mardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Dicky Firmanto menjelaskan: itu bukan batik Yogya, itu kain Sasirangan (Kalimantan). Isin ra kowe Butet Asu?
Meskipun kain Sasirangan sendiri salah satu maknanya untuk perlindungan (dari hal negatif), tapi arti esensialnya adalah tentang keberanian, daya juang, kebanggaan, serta hal positif lain dari masyarakat Banjar. Hal yang memalukan adalah kenekadan kaum pembenci untuk "ngelambe" duluan padahal sama sekali tak paham perbedaan batik (Yogya) dengan kain (Sasirangan Kalimantan). Begitu melihat "umpan", langsung disambar, dicaplok, tak peduli itu ngawur. Begitu serakahnya napsu primitif kebencian dan sakit hati mereka.
Entahlah, mereka masih punya malu atau tidak. Sekian kali mau mempermalukan, tapi sekian kali pula dipermalukan. Mungkin mereka bukan cuma urat malunya yang putus, tapi juga urat nurani. Korsleting!
Komentar
Posting Komentar