Pengobatan kanker manjur

 


Di seluruh dunia, cancer jadi penyakit penyebab kematian nomor satu. Di +62, semakin sering kita dengar handai taulan, tetangga dan kawan yang terkena berbagai jenis cancer. Ada yang sudah berumur, tapi ada juga yang masih relatif muda. Apa yang terjadi?


Di kalangan kedokteran, teori paling populer tentang penyebab cancer adalah faktor genetik, ada gen yang kita warisi dari kedua orang tua yang membuat kita rawan terkena cancer. Juga ada pemicu dari makanan dan lingkungan, yang disebut zat karsinogenik yang tertelan masuk pencernaan, terhirup nafas atau terserap kulit. Benarkah?


Pengobatan yang paling populer adalah lewat operasi (pembuangan bagian organ tubuh yang ber-cancer), menyinari sel cancer dengan sinar X atau partikel atomik lain, dan kemoterapi (meracuni sel cancer agar mati, namun sel yang sehat juga ikut teracuni, bahkan ada yang ikut mati). Adakah cara lain untuk mengobati cancer?


Pencegahan cancer yang populer sejalan dengan teori timbulnya cancer. Orang memeriksa DNA mereka, apakah punya gen pemicu cancer, serta mencegah zat karsinogenik masuk tubuh kita. Adakah cara lain?


Ternyata ada pakar yang punya pendapat berbeda tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan cancer. Salah satunya adalah Thomas N. Seyfried, PhD, peneliti di Fakultas Biologi, Boston College, USA, yang juga menulis buku (2012) “Cancer as a Metabolic Disease: On the Origin, Management, and Prevention of Cancer”. Lewat link podcast berikut: https://bit.ly/530drthomasseyfried, anda bisa mendengar sendiri penjelasan dia. Sayangnya dalam bahasa Inggris, sehingga mungkin tidak banyak didengarkan di +62, oleh sebab itu saya berusaha untuk meringkasnya dan memudahkan uraiannya.


Tentang penyebab cancer: sel tubuh semula menderita tumor karena ada bagian di dalam cairan sel yang disebut mitokondria yg mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat mengoksidasi berbagai bentuk zat makanan yang masuk sel menjadi molekul penyimpan energi. Alih-alih menggunakan mitokondria, sel akhirnya hanya bisa memfermentasi dua jenis zat makanan saja, yaitu glukosa dan glutamine untuk memperoleh energi. 


Kerusakan mitokondria juga menyebabkan sel kehilangan kendali siklus sel, sehingga sel tersebut terus membelah diri, selama masih tersedia glukosa dan glutamine di dalam sel. Sel tumor akhirnya berkembang biak tak terkendali dan disebut cancer.


Sistem imunitas tubuh mendeteksi ketidaknormalan ini, dan menganggapnya sebagai sebuah luka, maka disemburkan zat cytokine dan growth factor, yang justru ibarat menyiramkan bensin ke api. Sel darah putih yang bernama macrophage menelan sel cancer tersebut guna membunuhnya, yang ternyata justru menyebabkan sifat cancer menyebar ke sel-sel tubuh yang lain, yang disebut metastasis.


Tentang penyembuhan cancer: karena sel cancer hanya dapat memfermentasi glukosa dan glutamine, maka cara melenyapkan cancer adalah dengan menghentikan asupan glukosa dan glutamine ke sel tubuh, lewat pengaturan diet, yang disebut diet keto.


Orang yang menjalani diet keto, makan dengan komposisi 80% lemak, 15% protein dan hanya 5% karbo. Liver mengolah lemak, baik lemak dari makanan maupun lemak tubuh, menjadi keton sebagai sumber energi sel, menggantikan glukosa (yang diolah dari karbo). Lewat diet keto, kandungan glukosa di darah jadi sangat rendah, dan sel cancer kekurangan energi karena tiada bahan makanan untuk difermentasi, sehingga sebagian besar bahkan seluruh sel cancer mati.


Bagaimana dengan glutamine? Asam amino ini ditemukan di makanan yang berasal dari protein hewani, selain disintesa sendiri oleh tubuh. Jadi menghentikan asupan protein hewani bisa jadi cara untuk mengurangi masuknya glutamine ke sel.


Diet keto akan lebih efektif jika dibarengi dengan fasting, yaitu menyengaja tidak memasukkan kalori ke perut untuk periode yang cukup lama, dan hanya minum air putih. Yang populer adalah intermittent fasting (IF), yaitu membagi waktu satu hari menjadi saat fasting dan saat makan. IF16/8 artinya 16 jam saat untuk fasting dan 8 jam saat untuk makan. 


Dalam hal bertujuan untuk pengobatan cancer, masa fasting bisa diperpanjang melebihi 24 jam, yang disebut wet fasting (WF) misalnya WF72 jam (3 hari), 5 hari, 7 hari, bahkan bagi yang berbadan gemuk (banyak simpanan lemak), ada yang kuat WF30 hari. Tujuannya hanya satu, yaitu agar selama menjalani WF, kandungan glukosa di darah serendah mungkin, dan tidak ada asupan protein dari makanan. WF tersebut diulang-ulang sampai penyakitnya sembuh. 


Tentang pencegahan cancer: konon tubuh dewasa tidak mungkin bersih dari sel tumor/cancer 100%. Jika jumlahnya masih sangat sedikit, sel tumor/cancer ini tidak berdampak bagi kesehatan. Namun jika faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan tumor/cancer tersedia di tubuh, sel tersebut bisa tumbuh semakin banyak. Oleh karena itu dianjurkan untuk terbiasa melakukan IF, dan juga rutin wet fasting, misalnya WF 3 hari sebulan sekali, atau setiap 3 bulan. Ada juga yang menganjurkan WF 7 hari setahun sekali. Tujuannya adalah membersihkan tubuh dari bibit tumor dan cancer.


Pola hidup (life style) di era ketika makanan tersedia dengan melimpah menjadi penyebab maraknya penyakit cancer. Coba perhatikan, anda tinggal buka kulkas, pasti ada makanan di dalamnya, namun sayangnya didominasi oleh karbo. Lihat makanan yang dijual di super market, 90% karbo kan? 


Masuklah restoran dan kafe, banyak makanan karbo yang dijual. Di era ketika kemakmuran meningkat baik di +62 maupun di dunia, orang praktis tidak pernah berhenti makan karbo, sejak bangun tidur sampai tertidur kembali, terutama cemilan, yang menyebabkan kadar glukosa darah tidak pernah rendah bahkan pada saat awal tertidur. Tubuh manusia dari kelas sosial mana pun, kaya maupun miskin, lebih banyak yang gemuk dan perutnya buncit penuh viceral fat. Masih diperburuk dengan banyaknya paparan karsinogenik, maka cancer pun merajalela.


Disclaimer: jika anda bermaksud menerapkan teknik penyembuhan cancer dari Thomas N. Seyfried, PhD, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter anda. Dari pengamatan di internet, sudah ada beberapa dokter di +62 yang menyembuhkan cancer lewat diet. 

Komentar