TSMC: Suksesnya Taiwan, remeknya Indonesia dalam membangun industri berbasis teknologi
Musim panas lalu saya diundang untuk menjadi plenary speaker di satu society di luar expertise saya. Ini adalah konferensi yang mayoritas audiencenya adalah para "pelaku" teknologi elektronik di Jepang. Praktis 80% dari mereka adalah engineer dalam bidang design dan produksi semiconductor.
Pada tahun 80-an, Jepang merajai industri semiconductor dunia, 50% semiconductor di dunia diproduksi di Jepang. Tapi jaman emas itu sudah lewat. Sekarang share mereka 6% dan sedang mati-matian untuk mengangkat lagi industri ini.
Semua orang yang di konfrensi itu mengatakan Taiwan itu "gile banget". Teknlogi produksi dan efisiensi Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) itu nggak ada duanya di dunia.
Tanpa TSMC, Apple, Toyota dan banyak perusahaan teknologi lain di manapun akan ambruk.
TSMC lahir dari visi pemerintah Taiwan pada tahun 1980-an. Mereka tahu mereka adalah negara kecil (dan selalu dibully oleh China). Karena itu mereka harus membangun teknologi kunci.
Pada tahun 1987, mereka memanggil Morris Chang, seorang vice president dari raksasa teknologi saat itu, Texas Instruments, untuk pulang dan membangun industri semiconductor di negaranya. Morris Chang lahir di China, memulai pendidikannya di Harvard, lalu pindah ke MIT dan menamatkan S3 nya di Stanford. Dia tidak bekerja dalam akademia, tapi di industri. Dia seorang teknokrat murni.
Pada waktu pulang ke Taiwan, dia sudah tahu apa yang harus dilakukannya untuk membangun industri semiconductor di negaranya. Taiwan-pun menyediakan semua yang diperlukannya (tentunya termasuk juga perangkat hukum) tanpa kebanyakan "sumbang mulut".
Hampir 40 tahun kemudian, TSMC menyumbang sekitar 15% GDP dari Taiwan. lebih dari 60% semiconductor di dunia diproduksi di Taiwan dan 90% high-end semiconductor keluar dari pabrik TSMC.
Mereka membangun satu model industri: Semiconductor Foundry, yang artinya mereka tidak mendesign dan menjual product mereka sendiri (karena itu banyak orang awan tidak pernah mendengar tentang TSMC), tapi memproduksi dengan sangat efisien apa yang di-design oleh perusahaan lain.
Adanya TSMC tidak saja mengangkat ekonomi Taiwan tapi juga posisi geopolitiknya. Taiwan ambruk, begitu pula industri dunia.
Dalam skala kecil ini sudah terlihat waktu ada bencana di Taiwan dan TSMC menghentikan sejenak produksinya. Dunia nggak bisa cuek dengan eksistensi Taiwan.
Taiwan juga tidak menjadikan Morris Chang seorang politisi. Dia hanya menjadi penasehat khusus presiden selama 1 tahun. Selain itu dia berkonsentrasi pada keahliannya: teknologi.
Mengapa dalam tidak sampai 40 tahun, Taiwan bisa menjadi raksasa teknologi?
Karena mereka punya visi yang waras, dan konsisten untuk mewujudkan visinya. Visi tanpa disertai design langkah nyata untuk mencapai visi itu namanya delusi. Mereka punya design step-by-step yang waras dan bisa langsung dieksekusi. Bacot "nasionalisme" itu nggak membawa kita ke mana-mana. Satu lagi modal mereka: tingkat pendidikan yang tinggi. Performa mereka dalam PISA mendekati puncak. Industri semacam ini nggak akan bisa dibangun dengan SDM yang kelas kambing. Investasi pendidikan mereka bersemi.
Sekarang bandingkan dengan Indonesia. Kita pernah punya mimpi utk membangun industri pesawat. Setelah 30 tahun, berapa persen GDP kita yang berasal dari industri ini? Bagaimana dengan mobil nasional?
Di jaman ini kita masih ngomongin sawit.
Penguasa kita nggak punya visi, cuma menunggu ada orang lain yang akan berinvestasi, itupun masih dikibuli orang macam Elon Musk.
Ini contoh nyata beda antara visi dan bacot.
-----------------
Lanjutnya: Tahun lalu TSMC membuka pabrik patungan, JASM (Japan Advanced Semiconductor Manufacturing) di Kumamoto selatan Jepang. Pemerintah Jepang, Sony dan Toyota menggelontorkan banyak sekali modal untuk "memanggil" TSMC ke Jepang. Tujuan mereka: stabilitas pasokan semiconductor untuk industri dan alih teknologi. Bayangkan, Jepang yang puluhan tahun lebih dulu bangkit teknologinya memohon Taiwan untuk "membagi" pengetahuannya. TSMC mau datang ke Jepang, tentu karena ini menguntungkan bagi mereka dan karena sudah tersedianya tenaga kerja yang terdidik dan beretos kerja yang baik. Terjadi revitasilasi ekonomi luar bisa di daerah Kumamoto. Demand untuk lulusan elektro juga menggila (saya tahu karena saya ada di fakultas elektro).
Kalaupun ada modal hal seperti ini susah terjadi di Indonesia, karena mutu SDM kelas kambing. Sewaktu-waktu dibutuhkan SDM kita nggak pernah siap, karena pendidikan level gurem kita. Kita juga jarang mau belajar dari negara lain. Kita cukup senang menjadi "king Indonesia" di level tarkam kita sendiri. Berapa banyak politisi, dosen, ataupun mahasiswa/i terkait teknologi yang pernah tau cerita ttg TSMC?
Ini adalah "hukuman" dari diabaikannya mutu pendidikan selama berdeka-dekade. Yes, reality bites!
Japan-US semiconductor agreement taun 86 serta tarif 100% dari US yg bikin kejayaan industri semikonduktor jepang melamban kemudian terpuruk.
Setelah itu US menggandeng taiwan untuk mengoutsource kebutuhan semikonduktornya melalui perusahan patungan bernama tsmc. US menyalip jepang di tikungan setelah menyenggolnya keluar lintasan.
Ya memang dibutuhkan pemimpin visi besar yang berani mampu menyediakan infrastuktur dan segala perangkat pendukungnya.
Dan coba berani mendudukan kembali DNA sbg Bangsa besar, yang mengerti akan plus minusnya sbg mana positioning Taiwan terhadap China, begitu pula Singapura terhadap Indonesia dan Asean, yg memiliki DNA tercipta sbg bangsa pekerja yg Profesional dan Good Mangement (bukan industri/ pengusaha) dgn Positioning meberdayakan warganya sbg Multinasional Company Hub, Representative for Indonesia)
Indonesia sure to be, dgn Presiden Prabowo sebagai simbol berkelanjutan yg sdh ditanamkan Jokowi sepertinya akan lebih tegas untuk mensukseskan penyelenggaraan bangsa dalam ketahanan pangan dan energy dlm membangun pondasi menuju Vis Indonesiai Emas 2045.
Syaratnya cuman satu, persatuan bangsa (selama inj selalu didera pecah belah oleh berbagai kepentingan, baik lokal dan negara) , dgn mencopy paste China, melalui kekuatan persatuan bangsa (komunis).
Prabowo mesti mampu merevolusi elite, agar cita" luhur sbg bangsa besar ini dapat terwujud, dan tentunya gak semudah itu.
Komentar
Posting Komentar