Kenapa Leonardo da Vinci Lebih Memilih Perancis daripada Italia?
Oke, bayangin ini: tahun 1516, Leonardo da Vinci udah nggak muda lagi, usianya 64 tahun. Setelah bertahun-tahun hidup di Italia dengan segala drama politik, patron yang demanding, dan persaingan ketat (halo, Michelangelo!), dia akhirnya dapat tawaran yang nggak bisa ditolak dari seorang raja muda Perancis, Francis I.
Tawaran itu nggak main-main: sebuah château mewah, kebebasan kreatif tanpa tekanan, dan yang paling penting—nggak ada deadline! Bandingkan sama di Italia, di mana dia harus selalu nyelesain proyek besar buat para patronnya yang kadang nggak sabaran.
Jadi, Leonardo beres-beres, ngepak semua barangnya, termasuk Mona Lisa yang masih belum selesai, terus menyeberangi Pegunungan Alpen ke Perancis.
Di sana, dia tinggal di Château du Clos Lucé, tempat dia akhirnya bisa hidup lebih santai. Alih-alih stres karena proyek besar, dia malah asyik bikin festival untuk istana, eksperimen ilmiah, dan mentoring seniman muda.
Raja Francis I nggak cuma jadi patron, tapi juga sahabat. Dia sering mampir ke tempat Leonardo cuma buat ngobrol. Ada cerita—meski ini agak legenda sih—Leonardo bahkan meninggal di pelukan sang raja pada 1519.
Hal ini nunjukin satu hal besar: di Perancis, Leonardo dapet kebebasan yang nggak pernah dia rasain di Italia. Dia nggak lagi harus ngejar kesempurnaan atau ngurusin drama politik. Dia bisa jadi dirinya sendiri.
Bahkan, sampai hari ini, makamnya ada di Perancis, lengkap dengan hiasan fleurs-de-lis (bunga khas Perancis), bukan bunga lily Florentine dari Italia.
Jadi, bisa dibilang, pindah ke Perancis adalah keputusan terbaik di akhir hidupnya. Bukan cuma soal tempat, tapi soal kebahagiaan dan kebebasan yang akhirnya dia temukan.
#kisah #sejarah #leonardodavinci #inspirasi #inspiratif
Komentar
Posting Komentar