BANGGA JADI PEKOKERS




Kata pekok diucapkan untuk menjelaskan anak yg aneh & konyol, terkadang tampak bodoh. Kata pekok juga HANYA diucapkan oleh para sahabat dekat tanpa tersinggung, untuk mendeskripsikan kedekatan & persahabatan.


Disaat para ahli kesehatan sibuk menumpuk ego memandang rendah rakyat yg dianggap tidak teredukasi seperti kelompok mereka. Disaat yg sama teror disinformasi media disebarkan lewat propaganda per jam sekali dengan 2 tujuan (1) memaksa mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk menekan rakyat & (2) melakukan intimidasi atas kepentingan komersil para pedagang. Keduanya dilakukan TANPA mempedulikan kaidah ilmiah & logika yang jelas bertentangan dengan kejadian nyata di sekitar kita 


Saat semua kondisi menekan sendi-sendi kehidupan rakyat, maka konsep pekok muncul. Konsep PEKOK mewakili semangat rakyat yg merasa bodoh maka harus belajar banyak untuk memahami virus & melawan intimidasi media sebagai awal kekacauan TANPA harus mengemis pada para ahli. Semangat persaudaraan erat rakyat bawah sebagai sesama saudara yg bersatu melawan penindasan kehidupan.


Falsafah PEKOK ini yang kemudian dituangkan sebagai simbol perlawanan terhadap ketidak adilan & intimidasi, sebuah falsafah pelopor revolusi logika yg muncul dari Indonesia. Seluruh rakyat akan belajar & memahami virus, vaksin, & bagaimana mengatasinya dengan BELAJAR BERSAMA. Selama penindasan & ketidak adilan ada, selama itu rakyat PEKOKERS (PEjoeang Kemerdekaan Oentoek Kesehatan Rakyat Sejahtera) akan tetap ada.


Rakyat PEKOKERS akan dihina & direndahkan, tapi sekeras apapun usaha penindasan, mereka tetap tidak akan pernah bisa menghentikan semangat belajar kaum PEKOKERS & kita sudah membuktikan bahwa kita sehat & selamat melewati 1.5 tahun wabah virus & penindasan lewat pemahaman tentang virus & penanganan nya.


Kita akan terus berjuang bersama.

Kita tetap akan bersaudara.

Demi kemanusiaan & ilmu pengetahuan.

Demi persaudaraan.


Kami bangga & BERANI jadi rakyat PEKOKERS.

Tuhan bersama para pemberani.

God be with the Braves.


Komentar