Waktu Megawati jadi presiden. Dia bersikap benar benar marhaen. Didikan ayahnya Soekarno tertanam di hati dan otaknya. Betapa tidak. Dia mewarisi ekonomi nasional sedang Senen kemis, pertumbuhan ekonomi negatif 3,5%. Inflasi dua digit ( 13%). Gur Dur sudah berusaha keliling dunia cari bantuan, tetapi baik negara Islam maupun non Islam hanya beri dia janji. Megawati mendapatkan masukan dari berbagai pihak agar berlunak hati kepada investor asing. Berlunak hati kepada IMF dan bank dunia. Apapun mereka minta ya beri. Yang penting APBN selamat.
Sikap keras kepala Megawati menolak campur tangan asing. Itu bukan hanya retorika. Dia hentikan operasi ladang minyak Exxon di Riau dan Natuna serta block Cepu. Sementara Freeport yang memberikan sumber devisa juga dihentikan operasinya. Tekanan dari IMF begitu kerasnya kepada Megawati, juga World bank dengan ancaman akan menghentikan bantuan dana. Eh Megawati malah memutus kontrak dengan IMF. Tambah sulit aja APBN. Megawati malah perintahkan penghematan APBN. Anehnya dia suruh bangun jembatan Suramadu. Infrastruktur penting katanya. Ini soal keadilan. Darimana duitnya. Engga peduli. Jadi juga tuh proyek.
Penjualan kapal tanker VLCC ( Very Large Crude carrier). Itu sikap Megawati yang sederhana dan marhaen banget. Dia tanya gimana beli kapal itu. Itu Pertamina sedang sulit akibat negera engga bisa bayar utang subsidi. Kenapa belanja lagi? Dijelaskan belinya dengan hutang melalui kontrak BBHP ( bareboat hire purchasing). Apa itu? Pertamina sewa kapal dengan hak opsi beli. Sewanya selama jangka waktu tertentu dan harus tanggung biaya operasional. Pakai engga pakai ya bayar. Setelah kontrak sewa habis, kapal itu harus dibeli Pertamina seperti harga baru. Setelah dapat perjelasan, malah dia perintahkan meneg BUMN untuk dibatalkan.
Nah opsi kontrak itu BBHP itu dijual ke pihak lain. Jadi bukan kapal yang dijual tapi kontraknya. Rugi pertamina ? Lah wong kapalnya belum jadi dan belum dibeli oleh Pertamina. Belum keluar uang. Yang dijual cuman Kertas doang. Rugi Pertamina dimana ? Ya engga ada. Yang protes justru oposisi Bilang Megawati engga ngerti urus negara. Justru dari perjualan BBHP itu negara dapat uang untuk APBN. Cara berpikir sederhana dan focus kepada kepentingan rakyat, membuat yang rumit jadi sederhana. Dan memang sederhana. Yang protes itu ya para kurcaci asing dan pengusaha rente yang ngarep untung dari kontrak BBHP.
Ketidak sukaan Megawati kepada Ibu Rini dan LBP sejak dia jadi presiden. Sampai kini ketidak sukaan itu nampak. Tapi tidak ada orang yang tahu alasannya. Megawati memang tidak mau umbar kejelekan orang lain. Mungkin mereka tidak suka sikap keras kepala Megawati yang sangat marhaen. Engga mau dikte asing tapi terbuka untuk bermitra. Tentu yang menguntung kan negara, bukan menguntungkan asing atau pengusaha rente.
Kalaulah Megawati itu tidak satu kata dengan perbuatan, engga mungkin para kader PDIP setia, dan bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan. Sampai kini 20 tahun Megawati memimpin PDIP tanpa ada gejolak internal. Itu engga mudah. Kalaulah tidak ada integritas mana bjsa bertahan. Contoh partai lain selalu dirudung ribut antar pengurus. Dan saling jegal antar kader. Amin Rais yang dirikan PAN malah ketendang keluar. Gus Dur juga ketendang dari PKB. Golkar juga saling tendang atar elite. Wiranto ketendang dari Hanura. PD ditinggal keluar oleh para pendiri. Sempat ribut pula.
Komentar
Posting Komentar