Ada dua cara untuk kuliah gratis. Pertama, lewat beasiswa. Kedua, lewat negara-negara yang membebaskan uang kuliah. Cara kedua ini tidak sepenuhnya gratis. Anda perlu bekerja sambilan untuk menutupi kebutuhan hidup. Untuk sewa rumah (kos) dan biaya sehari-hari. Pada cara yang pertama pun, tidak ada salahnya Anda bekerja sambilan, karena uang beasiswa umumnya tak terlalu besar. Hanya cukup untuk hidup standar. Jika ingin berlebih, Anda tetap harus bekerja.
Seperti saya sudah ceritakan sebelumnya, saya mendapatkan beasiswa di semua jenjang kuliah saya, dari S1 hingga S3. Namun begitu, saya tetap bekerja sambil kuliah. Ketika kuliah S2, saya bekerja sebagai librarian dan tutor privat, mengajar bahasa Arab. Uangnya lumayan, sebagai tambahan beasiswa yang pas-pasan. Ketika kuliah S3 di Melbourne, saya mendapat pemasukan dobel. Satu dari beasiswa dan satu dari bekerja paruh waktu, yang jumlah uangnya cukup besar. Saya bekerja sebagai asisten peneliti di Universitas Melbourne.
Anak pertama saya memilih cara kedua untuk menyelesaikan S1-nya. Dia tak berharap beasiswa, karena beasiswa untuk S1 umumnya sangat kompetitif. Apalagi dia memilih jurusan yang sangat kecil peluang beasiswanya, yakni bidang Elektro dan Computer Science. Dia berkuliah gratis sambil bekerja paruh waktu. Kota tempat dia belajar sangat memungkinkannya untuk kuliah sambil bekerja. Dia kuliah di Karlsruhe Institute of Technology atau KIT, semacam MIT di Amerika sana. Karlsruhe adalah kota kecil di Jerman, yang sarat dengan pengembangan teknologi tinggi.
Karena sambil bekerja, dia menyelesaikan kuliah selama lima tahun. Tapi, di Jerman, rata-rata orang menyelesaikan kuliah S1 ya 5 tahun. Hanya sedikit mahasiswa yang sanggup menuntaskannya dalam 4 tahun. Saya bersyukur bahwa anak saya mampu melewati masa-masa sulitnya di negeri orang: kuliah sambil bekerja. Saya berkeyakinan, orang akan menghargai sesuatu yang ia raih dengan susah-payah.
Sekarang, anak saya sudah bekerja, di sebuah perusahaan otomasi di Berlin. Setelah lulus akhir tahun lalu, dia mendapat beberapa tawaran pekerjaan, tapi memilih Berlin, kota yang indah dan sangat nyaman untuk hidup. Dia ingin tinggal beberapa tahun di Jerman, sebelum kembali ke Indonesia atau bekerja di negara lain. Hitung-hitung balas budi kepada negara yang telah memberikannya pendidikan gratis.
Komentar
Posting Komentar