Bagi Anda yang mengikuti pergerakan dunia reksadana dan bursa saham dalam setahun terakhir, ada yang menarik. Beberapa reksadana melampaui kinerja rata-rata indeks saham, baik IHSG, IDX30, maupun indeks-indeks lain, seperti Kehati. Bahkan ada reksadana yang returnnya lebih dari 100% dalam waktu kurang dari setahun.
Ini berita gembira bagi pemegang reksadana. Khususnya mereka yang sempat menaruh uang setahun lalu dan memilih manajer investasi yang sering cuan, seperti Jarvis dan Succor. Reksadana tak lagi dianggap instrumen murahan yang kinerjanya di bawah saham. Jika dikelola dengan cermat, menabung di reksadana bisa mendapatkan return yang sama baiknya dengan investasi di pasar saham.
Problem utama investasi saham adalah tak banyak orang yang bisa mengalahkan kinerja indeks, baik IHSG maupun IDX30. Bisa saja orang mendapatkan ratusan persen di satu emiten, tapi jeblok dan merah-merona di emiten lain. Ujung-ujungnya, secara akumulatif, tetap saja pencapaiannya di bawah indeks. Cuma orang setingkat Warren Buffett yang mampu secara konsisten selama lebih dari 20 tahun mengalahkan indeks.
Reksadana, selain lebih membuat kita tenang, memberikan janji yang tak muluk tapi pasti: bisa menyamai kinerja indeks, jika tak melampauinya. Jika Anda tak pernah berhasil mengalahkan IHSG seumur hidup Anda, cobalah beralih ke reksadana indeks. Dijamin return yang Anda dapatkan setara dengan indeks di bursa Indonesia. Tak perlu mikir, tak perlu kerja keras.
Cuma, masalahnya, manusia sering serakah. Hasratnya selalu ingin mengalahkan IHSG. Mungkin biar dianggap jago atau keren. Yang ada selalu kalah dan ndak kapok-kapok. Makanya, ndak kaya-kaya, hahahaha.
Jangan main saham. Buka usaha aja? Lha, emangnya usaha gak ada resikonya? Kalau gak suka saham, ya jangan jelek2in saham. Setiap usaha, pasti ada resikonya. Karena itu, di tulisan ini, saya menyarankan reksadana yang minim resiko, kalau Anda trauma dg saham.
Komentar
Posting Komentar