Sebelum munas Kadin ke VIII, saya sudah dengar bisik bisik perseteruan berebut ketua umum KADIN. Ada dua grup yang ingin berkuasa di Kadin. Satu Group Bakrie yang ingin menempatkan putranya yaitu Anindya Bakrie. Rosan P Roeslan yang jadi ketua KADIN berasal dari Group Bakrie. Tentu berusaha menggolkan Anindya Bakrie dan satu lagi pemerintah walau berusaha netral namun ingin menempatkan Arsjad Rasjid sebagai ketua KADIN. Ini perang elite. Posisi KADIN memang strategis dalam lobi politik khususnya dalam setiap kebijakan bidang ekonomi yang berkaitan dengan bisnis.
Siapa Arsjad Rasjid? Dia dari Grup PT. Indika Energy Tbk yang besar karena bisnis Batubara, pertambangan dan energi (listrik). Indika didirikan oleh Wiwoho Basuki bersama dengan Dwikatmono dari klan Cendana. Mereka salah satu pengusaha besar yang bisa melewati krisis 1998. Arsjad Rasjid berkarir di Indika group sejak tahun 1996. Sejak tahun 2005 bersama Agus Lasmono, putra dari Sudwikatmono, dia memimpin Indika group. Dia memang hebat. Dalam enam tahun dia bisa melipatgandakan asset dari Rp2,78 triliun menjadi Rp18,28 triliun. Kini aset Indika sudah mencapai Rp. 50 triliun.
Hebatnya perebutan kursi KADIN ini sudah menyeret beberapa elite Partai. Sehingga dikawatirkan bisa membuat situasi politik tidak konduksif. Itu sebabnya Pak Jokowi minta agar masalah kepemimpinan KADIN tidak diselesaikan lewat Munas. Tetapi pendekatan musyawarah. Rosan P Roeslan yang akan dapat posisi sebagai Dubes diminta untuk mengajak semua pihak duduk bermusyawarah. Akhirnya dua hari sebelum MUNAS sudah sepakat, Ketua KADIN adalah Arsjad Rasjid dan Ketua dewan pertimbangan adalah Anindya Bakrie.
Cobaan bagi Ical terhadap perkembangan putra putranya. Anindya gagal jadi ketua KADIN dan adiknya Anindra Ardiansyah Bakrie tersangkut kasus Narkoba. Peran Ical sebagai ketua Dewan Pembina Golkar, partai ketiga terbesar di Indonesia memang sedang diuji. Semoga semua baik baik saja.
Komentar
Posting Komentar