Gagal budaya


Seoarang pengamat dan ahli hukum ( RH), berkata “ Sebenarnya Kelas Jokowi Itu adalah Walikota” Dia  sindir itu karena melihat aksi blusukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membagikan sembako dan obat pada warga Jakarta. Saya sempat tertegun. Ternyata gagal budaya itu bukan hanya orang awam. Orang terdidikpun bisa gagal budaya. Mengapa? Jokowi itu orang Jawa. Orang jawa itu punya cara yang sangat halus menegur bawahan. Salah satunya dia melakukan sesuatu yang seharusnya tugas bawahannya. Seharusnya Anies sebagai Gubernur tahu diri dan malu besar ketika  melihat Jokowi mendatangi rumah orang miskin disaat pandemi.


Tapi tidak ada pengamat atau politisi yang memprotes Anies yang hanya sibuk urus mayat. Tidak ada pengamat dan tokoh masyarakat tersentuh hatinya dan meminta agar semua kepala daerah untuk turun kabawah mendatangi rakyat. Itu yang diperlukan rakyat disaat pandemi ini. Mereka harus diyakinkan wabah bisa diatasi dan negara hadir untuk itu. Datangi rakyat, walau mereka berada di zona merah sekalipun. Datangi. Buang semua pikiran negatif resiko tertular. Hanya dengan begitu, rakyat percaya bahwa mereka baik baik saja.


Negeri ini sangat lucu. Kalau seruan agama, orang bisa sangat sensitif. Padahal tafsirnya belum tentu benar. Tetapi karena seruan agama itu memuaskan emosi umat yang sudah terbiasa membenci  pemimpin maka cepat dipahami. Tapi dipahami hanya sebatas retorika. Tidak efektif melakukan perubahan yang lebih baik. Malah destruktif. Bahasa lewat budaya yang  sangat halus dan santun, dianggap lucu lucuan. 


Apa yang pantas untuk istilah mereka itu? Orang Minang punya istilah. “ Beragama tapi tak beradat.” Orang Minang dulu, lebih hina dibilang tak beradat daripada dibilang kafir. Mengapa? Orang tak beradat itu sama dengan laler ijo. RH memang hebat tetapi rasa kecewa dia ketendang dari jabatan komisaris BUMN, telah membuat dia gagal budaya. Tak bisa membaca yang tersirat dari blusukan Jokowi. Justru semakin menunjukan betapa dia memang tidak pantas jadi komisaris BUMN dan pantasnya jadi pengkritik Jokowi. Ya itu juga hak dia. Politik namanya.


Dari blusukan Jokowi itu, pesan yang disampaikan sangat gamblang kepada semua pihak. Pandemi ini harus dihadapi secara kolektif oleh semua kekuatan masyarakat, dengan bahasa yang sama. Ya sama sama peduli kepada keselamatan rakyat. Lupakan masalah perbedaan politik. Utamakan rakyat. Mengapa Bansos penting segera disalurkan?. Datangi rakyat langsung. Bisa tahu kok. Dengan itu jangan lelet. Mengapa insentif nakes itu penting. Datangi RS. Jangan datangi kuburan.Liat kerja nakes dan lihat resiko mereka. Segeralah salurkan insentif mereka, Jangan lagi ditunda.  

Komentar