Tuhan tahu bahwa manusia itu sangat rentan dengan ekosistem. Banyak predator yang keliatan maupun tak nampak kasat mata. Nah Tuhan sediakan sistem pertahanan dalam tiga filter. Keren ya. Sayang banget Tuhan ama kita. Pertama adalah kulit kita. Kulit itu kalau diibaratkan seperti benteng pertahan yang terbuat dari tembok tebal. Pengawal ada di balik benteng. Dia tetap standby menjaga segala kemungkinan serangan musuh. Jadi kalau ada serangan jamur atau bakteri mau masuk lewat kulit akan terhalau dengan mudah. Karena kulit itu bukan selapis. Ada juga membran-membran yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh yang turut berperan sebagai pelindung.
Tetapi apa yang terjadi bila benteng jebol. Engga usah kawatir. Ada filter kedua. Di balik benteng itu ada pasukan fagositosis ( monosit, makrofag, dan neutrofil). Mereka melakukan aksi berani mati. Dengan cara memakan apa saja semua zat asing yang masuk. Satu sel bisa menghajar dan memakan hingga 100 zat asing. Tapi pasukan Fagosit ini bego. Dia engga peduli apa itu musuh. Selagi asing dia anggap musuh. Dia main serang aja. Padahal kan engga semua harus dimatiin. Ada juga loh musuh yang bermanfaat. Ada juga bakteri yang bermanfaat.
Bagaimana kalau musuh engga masuk lewat kulit. Mereka masuk lewat infiltrasi yang tidak mudah terlacak. Ya semacan agent proxy yang tidak mudah dikenal oleh pasukan pengawal. Jubahnya agama tetapi niatnya mau ngubah sistem negara. Engga usah kawatir. Ada filter ketiga, yaitu limfosit.
Kehebatan limfosit adalah dia tidak main serang dan bunuh saja benda asing yang masuk. Limfosit semacam pusat komando strategis. Mereka terbagi dua team. Satu team bertugas mengumpulkan data intelijen ( limposit T). Dan satu lagi team ( Limposit ) bertugas membentuk pasukan khusus ( antibodi) yang sesuai dengan data intelijen. Keren ya. Artinya pasukan khusus akan dibentuk setelah data intelijen dikuasai dengan baik. Dua team ini bekerja secara sistematis.
Hebatnya antibodi itu bukan pasukan kaleng kaleng. Dia terbentuk dari unsur protein. Mengapa saya bilang hebat. Protein itu mampu mereplika dirinya seperti musuh. Jadi kalau musuhnya A ya pasukan penyerang mirip A. Mengapa? Kalau A masuk dia mudah dekati tanpa dicurigai. Kemudian dia rangkul. Sekali rangkul engga lepas itu. Kemudian pasukan fagositosis datang menghajar, dan melumat A.
Cara kerja antibodi kita sangat sistematis. Sekali data musuh tercatat oleh antibodi maka informasi akan diketahui oleh semua pasukan penyerang. Jadi kalau asing masuk, mereka cepat tahu itu musuh atau bukan. Kalau musuh ya secara sistematis mereka melakukan perlawanan. Cepat sekali aksinya.
Tetapi gimana kalau musuh itu tidak ada datanya, seperti kasus COVID-19. Pasukan akan diam saja. Mereka menunggu komando dari Limfosit. Prosesnya engga bisa cepat. Limfosit T butuh waktu mengenali musuh itu. Nah dalam kasus COVID-19 itu biasanya serangan cepat sekali. Sehingga Limfosit terlambat mengantisipasi.
Vaksin Nusantara hadir dengan solusi memberikan data intelijen kepada limfosit. Caranya? sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan rekombinan antigen protein S dari SARS-COV-2. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2. Jadi kalau Virus Covid-19 datang, cepat dikenal dan segera dihalau.
Proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin memakan waktu inkubasi sekitar seminggu. Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan kedalam tubuh kembali. Nah kalau anda sudah dapat Vaksin Nusantara, maka itu artinya sel pada tubuh anda sudah diberikan informasi COVID-19. Keampuhannya permanen. Tentu asalkan tubuh anda sehat. Karena pada intinya antibodi itu efektif bila tubuh kita sehat. Kunci tubuh sehat, 80% kerena hati yang gembira. Happy man. Kalau paranoid, baper, ya siap engga siap bakalan jadi korban pradator bernama Corona.
Komentar
Posting Komentar