Membaca Padhawa dalam Kodefikasi Tubuh Manusia (Lima elemen Bumi / Pancha Mahabhuta )

 Season 5 - Ep 1. 




Cerita ini memang panjang, tapi karena tidak bisa dipisahkan bagiannya, jadi saya sertakan kedua bagiannya. 


( Bagian 1 )

Tak hanya sebagai lambang Dharma melawan Adharma dalam mahabaratha namun Pandawa ini juga memuat banyak makna filosofis gambaran diri manusia, gambaran tubuh manusia, serta gambaran lima elemen / Pancha Mahabhuta yang menjadi pembentuk tubuh manusia.


Panca Mahabhuta merupakan konsep yang sangat mendasar dalam berkehidupan di bumi. Panca yang berarti 'lima'; maha yang berarti 'utama'; dan bhuta artinya sebagai 'elemen.  

Panca Mahabutha terbagi atas dua bagian yaitu alam semesta (makroosmos/ buwana agung) dan tubuh manusia (mikrokosmos/buwana alit)


Kelima buah elemen utama penyusun makro dan mikro kosmos tersebut adalah 

1. Pertiwi atau elemen padat; 

2. Apah atau elemen cair 

3. Teja atau elemen panas; 

4. Bayu atau elemen udara; dan 

5. Akasa atau elemen ether / langit atau ruang.


Dalam cerita Pandawa dari urutan yang paling tua, Pandawa terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Mengapa Yudhistira menjadi urutan yang tertua? kita langsung mulai dari sini saja.


1. Yudhistira

Yudhistira merupakan kakak paling tua dari Pandawa yang memiliki karakter emosional yang sangat stabil dan berjiwa pengasih, adil, jujur, tulus, dan ikhlas. Tokoh yang dalam pengambarannya tidak terlalu mahir dalam berperang namun memiliki Karakter yang sangat kuat pada sisi humanis, berpengetahuan, tata negara, dan kebijaksanaan .

Karakter rasa welas asih pada yudhistira memiliki kesesuaian dengan karakter 'jiwa atau atman' yang ada pada setiap diri manusia. 

Sehingga Yudhistira mewakili unsur akasa (ether) yang berada di alam (makrokosmos) dan di dalam tubuh manusia (mikrokosmos). Akasa adalah kekuatan spiritual yang mampu berada pada alam sekala maupun niskala


2. Bima

Tokoh Bima adalah Ksatria Pandawa yang paling mudah dikenali dari ciri-ciri fisiknya, dikenal sebagai tokoh yang paling kuat, Bima merupakan putera Kunti dengan Dewa Bayu, Sang penguasa angin. 

Tokoh Bima cukup identik dengan energi kekuatan .

Dalam tubuh manusia, Bima dapat disetarakan dengan tenaga, angin (tenaga penggerak), atau elemen udara yang terdapat di alam dan dalam setiap diri manusia yang hidup. 

Dari hidung / mulut udara dialirkan ke jantung oleh darah untuk disalurkan ke seluruh bagian tubuh sehingga bersama dengan saripati makanan menjadi tenaga / energi atau kekuatan yang dibutuhkan.


3. Arjuna 

Arjuna merupakan tokoh atau karakter yang dikenal sebagai tokoh yang mempunyai kemahiran dalam memanah. Arjuna adalah harapan dan semangat yang mampu diandalkan bagi Pandawa dalam Barathayudha . Dalam tubuh manusa, Arjuna disetarakan dengan unsur atau elemen teja atau elemen panas, sebagaimana api adalah elemen yang nyalanya selalu bergerak keatas, tidak pernah ke bawah, inilah yag menjadi lambang Arjuna sebagai tokoh yang pantang menyerah dan tak terkalahkan.


4. Nakula - 5. Sadewa 

Saya tidak mungkin memisahkan mereka walau dalam kajian sekalipun, 

keduanya mewakili lambang bahwa tanah dan air yang merupakan perpaduan keseimbangan abadi.


Elemen padat yang ada pada sisi kanan dan kiri, yang dibentuk oleh tulang dan otot, jaringan urat saraf, kulit, rambut, dan berbagai komponen tubuh manusia yang bersifat padat.

Dan elemen cair terdiri dari segala macam cairan yang ada di dalam tubuh manusia (cairan darah, cairan kelenjar, dan berbagai cairan lain)


Nakula mewakili sifat air, dengan karakternya yang patuh dan setia, juga memiliki karakter jiwa yang lembut, sejuk, mengalir seperti air.

Sadewa mewakili tanah, memiliki karakter kokoh, teguh, kuat, setia namun penuh kasih kepada semua mahluk, tapi siap menghadapi kekuatan jahat. 


Walau keduanya jarang sekali berbicara dalam perannya namun keduanya, hampir-hampir tidak pernah meninggalkan Yudistira, yang seolah menjadi bayangannya.


Nakula dan Sahadewa memiliki kondisi fisik yang cenderung serupa sehingga sejalan dengan kenyataan bahwa pada tubuh manusia yang normal akan selalu dijumpai adanya pasangan organ tubuh yang serupa, seperti sepasang tangan, sepasang kaki, sepasang lubang hidung, sepasang telinga, juga sepasang mata dan pasangan organ tubuh lainnya. 

Pasangan-pasangan organ tersebut saling melengkapi dan menyeimbangkan satu sama lainnya.


Nakula-Sadewa dapat diartikan sebagai dua elemen utama dalam konsepsi Panca Mahabhuta, yaitu pertiwi atau unsur padat dan apah atau unsur cair. 


( Bagian 2)

Dalam cerita pewayangan,kisah mengenai perjalanan para Pandawa menuju puncak Mahameru merupakan gambaran proses kematian yang merupakan representasi simbolis kehidupan manusia didunia. Alur kisahnya menggambarkan mengenai ikatan kelima unsur alam yang termuat dalam konsepsi Panca Mahabhuta.


Diawali dari Drupadi yang menjadi simbolisasi unsur-unsur keduniawian yang dimiliki manusia sepanjang hidupnya. Unsur keduniawian yang berupa harta benda merupakan sesuatu yang tidak dapat dibawa ketika raga mengalami kematian.


Setelah kematian Drupadi, disusul dengan kematian Nakula-Sadewa, Akhir hidup dari saudara kembar ini merupakan simbolisasi dari organ-organ pembentuk tubuh manusia yang apabila telah lanjut usia akan secara perlahan-lahan mulai melemah, lumpuh, rabun, atau dengan kata lain tidak lagi dapat difungsikan seperti sediakala. 

Penurunan daya guna elemen apah dan pertiwi dalam diri manusia. 


Disusul dengan kematian Arjuna , yang merupakan sosok simbolisasi dari kobaran semangat, hawa nafsu, serta fisik yang ideal dan sempurna yang dimiliki manusia disaat usia muda. Menginjak usia lanjut, semangat, nafsu, dan hasrat yang dimiliki seseorang akan perlahan-lahan memudar hingga menghilang. Demikianlah gambaran dari elemen teja yang perlahan-lahan mulai menghilang.


Selanjutnya adalah kematian Bima, sosok ksatria raksasa dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Kematian kastria Bima merupakan gambaran dari sirnanya tenaga dan terhentinya hembusan napas manusia untuk selamanya. 

Hal tersebut menggambarkan bahwa manusia yang telah kehilangan elemen bayu adalah langkah pada titik batas akhir kehidupan duniawi.


Pada akhir kisah perjalanan para Pandawa mendaki puncak Mahameru hanya menyisakan sosok Yudhistira yang dalam ceritanya ditemani seekor anjing yang setia menemani sisa perjalanannya. Yudihistira yang mewakili simbolisasi dari elemen akasha / atman / jiwa sebagai unsur utama yang terpisah dari berbagai ikatan duniawi semasa hidupnya untuk kembali kepada Brahman ( Sang Pencipta)

Anjing yang menemani yudhistira merupakan penjelmaan dari Dewa Dharma. Hanya dharmalah yang setia menemani sang jiwa dalam mencapai nirwana. Dharma yang disimbolkan dengan anjing, karena kesetiannya yang tidak ada tandingannya, menemani yudhistira hingga langkah terakhirnya.


Season 5 - Ep. 1

(Ancient Knowlegde of Awakenng Consciousness)

Komentar