Share tulisan lama, Desember 2020
Saya sedikit menyoroti penggunaan obat "wajib" antibiotika pada pasien CoVId, yaitu AZYTHROMYCIN dan LEVOFLOXACIN. Para penyintas covid yang dirawat mungkin melihat pemberian antibiotika jenis ini baik tablet maupun injeksi atau perinfus.
Sebenarnya kedua obat ini sudah mendapat warning dari FDA. Keduanya dianggap berbahaya bagi mereka yang rentan, entah karena gangguan fungsi jantung, ada ketidakseimbangan elektrolit, pemakaian obat tertentu. Dan kedua obat ini dianggap terlalu sering diresepkan tanpa indikasi yang tepat. Dan pemakaian kedua obat ini yang tidaktepat berkontribusi terhadap risiko kematian.
Ada penelitian cohort, terhadap ribuan lansia (US Veteran Affairs medical centres) yang diberikan antibiotika golongan amoxicillin, versus azythromycin dan levofloxacin. Pasien yang diberi levofloxacin mempunyai risiko kematian dan aritmia (gangguan irama jantung) dibanding mereka yang diberi amoksisilin pada hari ke5 hingga hari ke10. Hal yang sama ditemukan pada pemakaian azythromycin.
Pada analisis Veteran Affairs ini, Rao dkk meneliti 979 380 individu rawat jalan yang mendapat amoxicillin, 594 792 azithromycin, dan 201 798 levofloxacin.
Veterans yang mendapat azithromycin mempunyai risiko kematian 48% lebih tinggi dan risiko aritmia jantung sebesar 77% lebih tinggi dibanding kelompok amoxicillin setelah pemberian 5 hari.
Demikian halnya kelompok levofloxacin mempunyai risiko kematian yang signifikan untuk kematian dan gangguan irama jantung sepanjang pemberian levofloxacin yang biasanya 10 hari. Risiko kematian 149% dan aritmia jantung 143 persen lebih tinggi dibanding kelompok amoxicillin pada hari kelima.
https://www.medscape.com/viewarticle/821697
Kiranya obat obatan wajib ini bisa kita pertimbangkan lagi dalam penanganan pasien covid. Apalagi mengingat pasien memburuk justeru terjadi setelah hari ke 10 sakit, dan pasien yang memburuk ini sebagian besar mempunyai komorbid atau berusia lanjut.
Pada perang melawan covid, TO DO NO HARM sebaiknya kita resapi lagi..
Saya ingat betul kata guru saya di UGM, sewaktu kita menangani pasien ODHA dengan berbagai infeksi nosokomialnya. Beragam obat kita berikan untuk "membantu" pasien melawan penyakitnya dan penyakit penyertanya.. Alih alih membaik, kondisi pasien malah semakin memburuk..
Dengan bijak, dosen tropical medicine yang cantik, peduli dan cerdas berkata: "Jika apapun yang kita berikan tidak dapat memperbaiki kondisi pasien, dan kondisinpasien cenderung memburuk.. Maka STOP EVERYTHING and BACK to ZERO."
Dan mungkin hal yang sama bisa kita pertimbangkan untuk pasien covid berat.. Stop everything.. Start from zero.. Mungkin ketenangan, keyakinan sembuh, dan imunomodulator, vitamin serta oksigen noninvasif serta perubahan posisi termasuk proning justeru dapat menyelamatkan nyawa pasien kita.. Mungkin.. Bukan menggurui.. Bukan sok keminter.. Tapi semata mberi perspektif lain 🙏
Komentar
Posting Komentar