Tulisan Georgius Rudy Jatmiko
Bila gaji seorang teller bank 10 juta sebulan, dan dia bekerja dari jam 8.00 sd jam 15.00 dengan istitahat 30 menit maka sehari dia kerja 6.5 jam. Bila sekali melayani nasabah anggap 10 menit, maka dalam 6.5 jam dia melayani 39 nasabah. Seminggu dia melayani 195 nasabah dan sebulan 780 nasabah. Maka 1 nasabah membutuhkan biaya IDR 12.821.
Padahal pengeluaran bank tidak hanya untuk teller saja, tapi juga ob, satpam, administrasi, manager hingga kepala kantor. Belum lagi biaya listrik, sewa tempat, air minum, obat pel dan lain lain.
Lalu kemudian bank akan berpikir gimana cara menekan pengeluarannya. Demikian juga kalau nasabah datang ke bank hanya untuk ambil uang, bukankah itu membebani bank? Maka kemudian muncul mesin atm, dimana dulu orang kalau hanya ingin mengambil uang, bisa ke mesin atm saja, nggak usah ke bank. Itu sangat membantu cost down biaya bagi bank. Lagi pula orang kalau harus ke bank, dia akan mengambil semua uang untuk kebutuhan bulanannya. Sehingga begitu gajian, uangnya diambil semua untuk hidup sebulan. Nah bila atm ini mudah dijangkau, nasabah hanya akan mengambil uangnya dikit dikit, toh bila kurang tinggal ambil lagi nggak perlu ribet antri di bank. Dengan begitu bank bisa mengelola dana yang cukup besar tidak cuma jadi tempat lewatnya gajian.
Sepertinya itu yang saya lihat dilakukan oleh BCA dengan menghadirkan atm yang sangat banyak. Bahkan kita juga bisa tarik tunai uang di kasir minimart yang ada tulisan Tunai BCA nya. Minimart akan dibayar BCA IDR 1.500 bila ada nasabah yang melakukan tarik tunai ke kasir minimart. Bagi BCA biaya itu sangat kecil dibanding dia harus membayar gaji teller untuk satu transaksi. Apalagi sekarang mesin atm kebanyakan juga sudah melayani transaksi setor maupun tarik. Maka akan jauh lebih sedikit transaksi yang perlu ditangani di kantor cabang bank. Operasional atm jauh lebih murah dibanding bayar gaji teller. Bahkan teknologi perbankan menjadi semakin berkembang dengan adanya mobile banking, uang elektronik, dan lain lain. Dan otomatis itu juga menurunkan biaya operasional atau paling tidak menahan naiknya biaya operasional.
Tapi investasi mesin atm itu mahal.
Ya betul. Tapi itu juga bisa disiasati dengan kolaborasi. Maka sebenarnya adanya atm bersama atau jaringan link itu sungguh membantu agar biaya investasi lebih murah. Bayangkan semua bank BUMN tidak perlu naruh atm masing masing tapi satu atm untuk bareng bareng. Itu kan sangat membantu. Bahkan bisa jadi nanti mungkin mesin atm apa saja bisa dipakai bareng bareng kalau teknologinya sudah sampai. Ya sama kayak bts. Dulu setiap operator punya tower sendiri sendiri. Lalu disadari kalau mau hemat, baik kalau bisa satu tower dipakai bareng bareng, nah kolaborasi ini akhirnya bisa dimanfaatkan. Bahkan lalu ada pengusaha tower, sehingga para operator cukup sewa nggak perlu invest.
Maka mengherankan sebenarnya kok sekarang justru bank BUMN membebankan biaya tarik tunai maupun cek saldo pada atm jaringan link. Menurutku ini kontraproduktif. Dan malah memberi kesempatan pada bank besar seperti BCA untuk semakin menguasai pasar. Bisa jadi orang lalu membuka rekening BCA, begitu terima gaji dia akan transfer ke rekening BCA, dan bisa mengambil ke ATM BCA sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan. Itu mungkin akan lebih murah baginya.
Komentar
Posting Komentar