Walau saya tidak pernah percaya dengan israel namun saya tidak akan pernah membenci orang Yahudi. Samahalnya, saya tidak pernah percaya HAMAS, namun saya tidak akan membenci umat Islam. Apapun golongannya. Mengapa? Saya paham bahwa terhambatnya kemerdekaan Palestina, sesuai resolusi PBB tentang Two - state Solution yaitu dua negara berdampingan secara damai, dengan masing masing warga negara bebas memilih negara yang mereka suka, ditentang oleh Partai Likud di Israel dan Hamas di Palestina.
Keduanya baik Partai Likud maupun HAMAS memperebutkan kota Yarusalem sebagai ibukota. Keduanya saling tidak mengakui eksitensi masing masing. Keduanya memsabotase kesepakatan Oslo dan Resolusi PBB. Mengapa ? karena politik kepentingan para elite. Dan itu bisnis dibungkus Politik identitas. Di israel, partai Likud hidupnya jualan agama guna menarik donasi dari etnis yahudi di seluruh dunia. Anda tahu kan. 2/3 aset dunia dikuasai etnis Yahudi. Jadi 2% saja mereka sumbang, itu partai engga akan pernah kalah pemilu di israel dan pasti para elitenya kaya raya.
Di pihak Palestina, faksi Hamas perlu narasi perjuangan merebut kota Suci Yarusalem dan mengenyahkan Israel. Ini efektif sekali sebagai kemasan menarik donasi dari umat islam sedunia. Di Timur tengah itu banyak orang kaya Arab yang gampang emosinya terpancing membantu perjuangan merebut kota Yarusalem. Belum lagi dari negara islam lainnya. Mereka militan sekali cari sumbangan membatu HAMAS. Jangankan sempak, nyawapun mereka siap korbankan kalau diminta. Yang kaya ya elite Hamas.
Yang bikin rumit dan sulitnya jalan mencapai kemerdekaan bagi rakyat Palestina adalah para broker donasi ikut terlibat terus mengompori seperti sales MLM. Masalah kecil diperbesar dan dianalisa yang ujungnya perlu donasi lagi. Saya pernah bertemu dengan Fund Manager Filantropi untuk Israel dengan alasan membantu kemanusiaan di Gaza. Uang mengalir lewat Qatar, namun singgah di rekening elite Likud, kemudian berbagi dengan elite Hamas. Mengapa ? agar drama terus berjalan dan donasi selalu ada underlying. Ya para broker jadi kaya raya juga.
Engga percaya? Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina, bersama dengan Pusat Penelitian Perdamaian Tami Steinmetz di Universitas Tel Aviv, melakukan survey. 1. Dua negara berdampingaa secara damai. 2. Satu negara dengan hak yang sama setiap warga ( palestina dan Israel ). 3. Satu negara tanpa hak yang sama untuk Palestina, atau pengusiran atau "transfer" populasi minoritas dari Israel atau Palestina yang lebih besar. Apa hasilnya? 43% rakyat kedua belah pihak memilih dua negara berdampingan secara damai. Itu artinya mayoritas rakyat kedua negara ogah ribut dan inginkan perdamaian.
Terus kenapa kita rakyat luar ikut kompori?Mau jadi sales HAMAS atau Sales LIKUD? bego aja kalau mau. Apalagi karena itu harus saling membenci. Islam benci Yahudi. Yahudi benci Islam. Sementara para bandar ketawa pelukan bersama gadis cantik di pusat kota Dubai. Sambil berkata " Kapan lagi cari uang gampang kalau bukan sekarang. "
Mending kita percayakan sajalah masalah kemerdekaan Palestina ini kepada pemerintah. Jelas pemerintah lebih paham. Dan punya sumber daya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Komentar
Posting Komentar