SNOUCK HURGRONJE ARSITEK KOLONIAL PENAKLUK PERLAWANAN ISLAM DI TANAH AIR & MENGANGKAT BANGSA ARAB LEBIH TINGGI DERAJATNYA DARI KAUM PRIBUMI

 


Snouck Hurgronje adalah seorang kristiani yang mengaku berpura-pura menjadi Muslim seperti yang ia jelaskan dalam surat yang dikirim ke teman kuliahnya, Carl Bezold pada 18 Februari 1886 yang kini diarsipkan di Perpustakaan Universitas Heidelberg, Leiden.Belanda.


Islam masuk ke Indonesia seiring dengan runtuhnya kerajaan majapahit setelah sebelumnya kerajaan Sriwijaya ditaklukkan Majapahit pada abad ke 15 M kemudian islam beradaptasi dengan kepercayaan tradisional dengan metode penyebaran yang dilakukan para wali (wali songo) melalui budaya. Seperti wayang kulit atau mengadopsi kepercayaan masyarakat pribumi yang pada umumnya memeluk monotheisme sehingga lebih mudah beradaptasi dengan islam.


Pada pertengahan abad ke 19 Pemerintah Belanda kewalahan dengan. Perlawanan para pejuang islam yang datang bergelombag , seperti perang Diponegoro dan Sultan Agung di tanah Jawa , Perang Paderi yang dipimpin Imam Bonjol  dan Perang Aceh yang dipimpin Cut Nayk Dien di Sumatera.


Pemerintah Belanda memang mendatangkan Snouck Hurgronje  untuk memenangkan perang tentunya dengan strategi yang sangat tepat membuat perpecahan dari dalam tubuh islam sendiri .

Snouck Hurgronje membawa ulama wahabi yang langsung didatangkan dari Mekah  dan merangkul para keturunan Arab serta membangun identitas Habib di Indonesia. 


Salah satunya Sayyid Utsman (1822-1914), seorang mufti Batavia yang berasal dari Arab, ditahbiskan oleh Christian Snouck Hurgronje (1857-1936) sebagai penasihat kehormatan untuk urusan Arab dari 1891 sampai kematiannya pada 1914. Sayyid Utsman merupakan diaspora kaum hadrami. Pemerintah kolonial Belanda biasanya memandang orang-orang keturunan Arab sebagai "oriental asing".


Utsman mengkritik beberapa aliran sufi tertentu yang dirasakannya tidak memiliki pengetahuan tentang hukum Islam dan dianggap sebagai ancaman bagi hukum kolonial dan ketertiban di Jawa. Dia menerima tunjangan dari pemerintah-meskipun dibayarkan secara diam-diam oleh Snouck, bukan dari kerja sama terbuka berkat kedudukannya sebagai mufti .


Hurgronje melakukan politik Identitas dengan memecah belah islam tradisional dengan cara melemahkan perlawanan bahwa islam yang dibawa bangsa Arab lebih benar dan memang bekerja dengan pemerintah kolonial Belanda bahkan mengusulkan pada parlemen Belanda  bahwa keturunan bangsa Arab lebih tinggi derajatnya dari kaum  pribumi hal ini berlangsung hingga 1901 ďengan politik etis yang banyak mengadopsi pemikiran R.A. Kartini  oleh karenanya Kartini tidak disukai oleh golongan Islam fundamentalis , tapi anggapan sosial sudah terlanjur terbangun dalam struktur masyarakat walaupun pada akhirnya para habibpun banyak yang menjadi nasionalis dan berjuang bersama pribumi.


Hurgronje yang berpenampilan seperti ulama di Indonesia menekankan bahwa para Habib harus dianggap sebagai panduan islam yang benar. Apa yang dilakukannya sukses besar Belanda menang dimana-mana.karena para Habib ini memang dibayar dan menjadi mitra pemerintah Belanda 


Christiaan Snouck Hurgronje (lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun) adalah seorang sarjana Belanda budaya Oriental dan bahasa serta Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia).


Menjadi mahasiswa teologi di Universitas Leiden pada tahun 1874. Ia menerima gelar doktor di Leiden pada tahun 1880 dengan disertasinya 'Het Mekkaansche feest' ("Perayaan Mekah"). Ia menjadi profesor di Sekolah Pegawai Kolonial Sipil Leiden pada 1881.


Snouck, yang fasih berbahasa Arab, melalui mediasi dengan gubernur Ottoman di Jeddah, menjalani pemeriksaan oleh delegasi ulama dari Mekkah pada tahun 1884 sebelum masuk. Setelah berhasil menyelesaikan pemeriksaan diizinkan untuk memulai ziarah ke kota suci muslim Mekkah pada 1885. Di Mekkah, keramahannya dan naluri intelektualnya membuat para ulama tak segan membimbingnya. Dia adalah salah satu sarjana budaya Oriental Barat pertama yang melakukannya.


Sebagai wisatawan perintis, ia adalah orang langka asal Barat yang berada di Mekkah, tetapi memeluk budaya dan agama dengan penuh gairah sehingga ia berhasil membuat kesan kepada orang-orang bahwa ia masuk Islam. Dia mengaku berpura-pura menjadi Muslim seperti yang ia jelaskan dalam surat yang dikirim ke teman kuliahnya, Carl Bezold pada 18 Februari 1886 yang kini diarsipkan di Perpustakaan Universitas Heidelberg.


Pada tahun 1889 ia menjadi profesor Melayu di Universitas Leiden dan penasehat resmi kepada pemerintah Belanda untuk urusan kolonial. Dia menulis lebih dari 1.400 makalah tentang situasi di Aceh dan posisi Islam di Hindia Belanda, serta pada layanan sipil kolonial dan nasionalisme.


Sebagai penasehat J.B. van Heutsz, ia mengambil peran aktif dalam bagian akhir (1898-1905) Perang Aceh (1873-1913). Ia menggunakan pengetahuannya tentang budaya Islam untuk merancang strategi yang secara signifikan membantu menghancurkan perlawanan dari penduduk Aceh dan memberlakukan kekuasaan kolonial Belanda pada mereka, mengakhiri perang 40 tahun dengan perkiraan korban sekitar 50.000 dan 100.000 penduduk tewas dan sekitar satu juta terluka.


Kesuksesannya dalam Perang Aceh   Paderi dan di tanah Jawa memberinya kekuasaan dalam membentuk kebijakan pemerintahan kolonial sepanjang sisa keberadannya di Hindia Belanda, namun seiring dengan sarannya yang kurang diimplementasikan karena mulai bertentangan dengan politik etis yang mulai diberlakukan yaitu kesetaraan hak kaum pribumi, ia memutuskan kembali ke Belanda pada 1906 Kembali di Belanda Snouck melanjutkan karier akademis yang sukses.


Membaca sejarah adalah bentuk membangun. Mind set kita untuk berpikir maju dan membangun nasionalisme sehingga kita tau bahwa bukan islamnya yang salah tapi politik identitas itu mampu memecah belah nasionalisme dan kebangsaan seperti yang terjadi sekarang ini. Semoga bangsa Indonesia lebih cerdas untuk bersatu dan membangun bangsanya karena ketertinggalan kita terutama dalam bidang Sumber daya manusia dan kesetaraan terutama gender dan peranan kaum perempuan masih sangat jauh dengan negara lain.


Salam Kedaulatan Rakyat.

Komentar