Diatas Kapal ke Tahuna

 Suatu hari di atas kapal yg akan membawa gue ke Tahuna, sesaat feri akan brgkt, dari atas kapal terdengar pengeras suara & terlihat seseorang yg mengatakan bhw dia adalah pendeta, dan mengajak seluruh penumpang utk berdoa sesuai dgn keyakinannya masing2 sblm kapal berangkat.


Lewat pengeras suara, pendeta tsb memimpin doa, diawali dgn kata2 : "Atas nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, Amin..." Kemudian pendeta membacakan doa keselamatan utk seluruh penumpang sblm diakhiri oleh doa penutup yg diikuti dgn khidmat oleh mayoritas penumpang kapal.


Di saat itu gue melihat org2 : Tua-muda-laki2-wanita-anak2 - di sekeliling gue, berdoa dgn khusuk sambil memejamkan kedua mata & posisi kedua tangan menyatu. Di saat yg sama, gue lgs merasa sbg minoritas diantara mayoritas penumpang yg non-muslim, di negara gue sendiri. Tapi gue justru merasakan arti kehangatan toleransi dlm arti yg sesungguhnya, dan gue menghormati mereka dgn cara berdiam diri.


Ketika giliran gue mendirikan shalat berjamaah di atas kapal dgn beberapa penumpang lain yg muslim pada mlm harinya, beberapa kerumunan org tanpa disuruh, tiba2 menghentikan lantunan suara gitar, mengecilkan volume suara mrk, dan juga dari tape recorder mereka. It called respect.


Sikap2 spt Itulah sejatinya masyarakat Indonesia yg gue kenal. 


Jadi, klo kamu ngaku org Indonesia, tinggal di negara Indonesia, dan kamu msh berpikir bhw mrk yg tidak seiman itu adalah musuh, atau harus dibatasi gerak- geriknya, gue cuma bs bilang bahwa selama ini main mu kurang jauh.



Indonesia itu luas, & beragam, itu sebabnya pendiri bangsa ini dulu menetapkan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia 


SALAM BHINNEKA TUNGGAL IKA.

Komentar