Kerja Berbasis Added Value Contribution
Kita bekerja menerima gaji. Pertanyaannya, yang menggaji kita dapat apa dari kita? Ini pertanyaan substansial. Kalau orang yang menggaji kita tidak mendapatkan "balasan" yang sepadan, maka tidak ada maknanya dia menggaji kita, bukan?
Orang mungkin akan berpikir: "saya kan sudah kan sudah kerja sebaik-baiknya". Apa ukuran kerja sebaik-baiknya itu? Datang tepat waktu, tidak bolos, tidak curang, rajin, dan seterusnya. Tapi coba tanya lagi, apakah Anda datang setiap hari ke tempat kerja itu berguna bagi pemberi kerja? Kalau tidak berguna, artinya tetap tidak ada maknanya.
Guna kita di tempat kerja adalah memberi nilai tambah atau added value. Bagi perusahaan, added value itu berujung pada laba. Apa kontribusi Anda pada penambahan laba perusahaan?
Orang yang bekerja di bagian produksi membuat barang yang akan dijual oleh perusahaan. Dari penjualan itu perusahaan mendapat laba. Tapi perhatikan, adanya produk saja tidak memastikan perusahaan memperoleh laba. Kalau produksi tidak efisien, ongkos produksi akan melebihi harga pasar. Maka perusahaan akan rugi. Jadi, tugas orang di bagian produksi bukan sekadar membuat barang, tapi membuat barang dengan efisien, dan bermutu tinggi.
Intinya, setiap orang di perusahaan harus bekerja untuk tercapainya produksi yang bermutu tinggi, dikirim ke pelanggan secara tepat waktu, dengan biaya yang patut. Tidak hanya itu, mereka juga harus menjaga keselamatan, agar moral atau semangat kerja tinggi. Dalam manajemen produksi hal itu disebut PCQDMS: production, cost, quality, delivery, moral, safety.
Bekerja berbasis pada added value contribution artinya bekerja dengan berpikir, bagaimana Anda bisa berkontribusi meningkatkan kuantitas dan efisiensi produksi, menurunkan biaya, meningkatkan mutu, memperpendek waktu pengiriman, memperkuat moral dan semangat pekerja, dan memastikan keselamatan. Apa yang bisa dan harus Anda lakukan? Bagaimana Anda bekerja memberi kontribusi?
Bagaimana dengan orang-orang yang bekerja di bagian pendukung yang tidak langsung berhubungan dengan produksi? Contohnya, orang yang bekerja di bagian impor. Ia harus memastikan agar barang yang diimpor tiba tepat waktu. Kalau ada penundaan, terjadi pemborosan (muda), yaitu waktu tunggu. Menungu artinya tidak ada kegiatan produktif, sementara biaya-biaya terus keluar. Jadi, pastikan agar barang tiba tepat waktu. Tidak hanya itu. Dari kegiatan impor dapat dilakukan banyak penghematan. Dengan menerbitkan surat keterangan asal barang, misalnya, kita bisa mendapat pembebasan bea masuk impor, yang nilainya bisa sampai ratusan juta rupiah.
Orang yang bekerja di bagian HRD, apa kontribusinya? HRD itu sering dipahami secara keliru. HRD sering dianggap sebagai tukang kelola administrasi personalia. Tugas mereka mendata apakah orang masuk kerja atau absen, membayar gaji, menghitung lembur, dan memberi sanksi pada yang tidak disiplin. Padahal D pada HRD itu adalah development. Adakah "development" dalam kerja-kerja seperti itu? Tidak ada.
HRD harus berpikir soal bagaimana setiap orang bertambah kompetensi, disiplin, dan etos kerjanya. Caranya, bisa dengan memberi training, mendesain sistem kerja yang memotivasi, atau membangun suasana yang sehat. Itulah antara lain fokusnya.
Ada masih banyak contoh lagi yang tidak akan dibahas satu per satu. Intinya: berkontribusilah secara nyata pada soal PCQDMS tadi. Pastikan setiap tindakan Anda memberi lebih. Jauhi tindakan-tindakan yang mengurangi kontribusi. Selalu bekerja dalam keadaan eling. Tanya diri Anda, apakah saya menambah kontribusi atau mengurangi kontribusi?
Komentar
Posting Komentar