Bussines War and Spy

 Saya pernah bertemu dengan team ahli bidang IT. Mereka sedang melakukan riset bahan material untuk processor berkecepatan tinggi. Setidaknya diatas intel. Tapi yang menarik bagi saya, bukan kegigihan mereka. Yang menarik karena processor intel itu sudah jadi diktator industri. Dia monopoli. AMD salah satu pesaingnya dibuat senen kemis. Nah apapun tekhnologi pengolahan data termasuk alat kesehatan, dan lain lain pasti membutukan processor. Tanpa processor kecepata tinggi, Komputer jadi bego dan lemot. 


Tahun 2007 saya sanggupi jadi angel. Para direksi menasehati agar saya tidak masuk ke bisnis. Karena tingkat kegagalan sangat tinggi. Tetapi justru karena itu saya kasih otoritas penuh team riset untuk kembangkan idea tanpa perlu minta persetujuan dari perusahaan sebagai angel.


“ Kenapa kamu beri mereka kebebasan. Seharusnya ada supervisi agar skedul riset sesuai rencana dan kalau ada penyimpangan bisa diantisipai. “

“ Saya kenal betul karakter orang pintar. Ketika kita atur kebebasan intelektual mereka , kreatifitas nya mati. Ini soal pilihan. Mau lanjut ya beri mereka otoritas. Sediakan anggaran yang mereka minta. Kalau engga ya, jangan masuk sama sekali.”

Setahun kemudian mereka datang lagi ke saya. “ Kami gagal, Mr. B. Anggaran habis. “ Kata pimpinan mereka. Saya hanya tersenyum.

“ Apa masalahnya?

“Soal bahan material kami tidak bisa menemukan campuran metal yang tepat agar bisa menahan panas. Karena semakin cepat processor semakin panas. “

“ Siapa yang tahu soal bahan materia dan riset nya sudah maju soal processor ini?

Mereka memberi tahu lembaga riset di AS. Tetapi itu penelitiannya masih prematur. Namun mereka yakin bisa kembangkan sesuai design mereka.

“ Ok saya akan saya cari cara akuisisi lembaga riset itu.”


Saya kirim direksi terbang ke AS. Mereka menolak untuk kerjasama. Bahkan ditendang keluar proposal. Karena pemegang sahamnya adalah keluarga Raja Arab. Kemudian saya susun rencana sebaik mungkin. Saya kirim agent proxy untuk masuk ke lembaga riset itu melalui Serikat Pekerja. Saya arahkan proxy saya agar Serikat pekerja ambil alih Perusahaan riset itu dari investor. Uang saya siapkan.


Proses menguasai perusahaan riset berlangsung setahun. Selama itu tidak ada satupun direksi dan relasi saya tahu. Benarlah, akhirnya saya berhasil dapat data dan informasi dari perusahaan riset itu tanpa harus keluar uang untuk akuisisi. Data material ini digunakan oleh team riset di Hangzhou untuk menuntaskan pembuatan processor. Hasilnya? sempurna. Mengalahkan intel. Kecepatan tiga kali dari processor intel. Setelah itu, industri di bangun untuk menjadi supply chain industri dirgantara, Militer, alat kesehatan ( MRI) dan lain lain.


Belakangan Agent proxy saya baru menyadari bahwa tugas dia sebenarya adalah jadi spy tekhnology. Aksi akuisisi itu hanya kamuplase. “ Kenapa uda tega, jadikan Yuni melakukan kerjaan beresiko.”

“ Engga ada resiko. Itu sudah diperhitungkan dengan matang. Saya bayar orang  di AS untuk melindungi kamu. Mahal sekali. Kemana saja kamu pergi mereka tahu. Bahkan tidurpun kamu tetap diawasi dan di jaga. Artinya kalau ada indikasi masalah, kamu akan di rescue lebih dulu keluar AS.

“ Kenapa harus mencuri tekhology?

“ Saya tawarkan kerjasama, mereka engga mau. Saya beli perusahaannya, mereka engga mau. Padahal data riset mereka belum jadi. Dan kita usulkan akan lengkapi dengan riset kita. tetap aja mereka ogah. Satu penghasil processor seperti intel sudah jadi diktator. Kalau dua, bisa jadi Tuhan mereka. Ya terpaksa saya curi.”

“ Tapi kan dosa! Katanya keras.

“ Membunuh itu adalah dosa terbesar. Tetapi Nabi berperang kok. Bunuh orang kok. Salahnya dimana? tergantung niat. Business itu battle war..

Komentar