Burden Sharing QE

 Baca komen di sebuah Grup soal burden sharing (istilah cetak uang (QE) di Indonesia) antara BI dan Pemerintah. DIMANA, BI menyerap surat utang pemerintah...


Kita bisa berdebat soal "Utang" dalam banyak perspektif mazhab...


Tapi, membuat seolah burden sharing sebagai yang "aneh-aneh" dengan forward berita mainstream pasar keuangan global, seperti Bloomberg dsbnya, saya rasa tidak tepat...


Kenapa?


Kalo negara maju (baca: pasar) protes terhadap burden sharing sebagai kesalahan dan mengatakan kita akan ditekan pasar keuangan global, bank sentral negara maju dan atau lembaga multilateral... tidaklah pas dari sisi kedaulatan di sisi lain


Kita boleh ngak setuju cara itu, tapi soal menghadapi serangan asing, saya rasa apa asing peduli dengan masa depan kita? Atau, karena ada kepentingan asing yang terganggu?


Berdasarkan riset yang saya lakukan, masalahnya itu gini:


1. Asing, terutama Amerika Serikat (The Fed), Uni Eropa (ECB), China (PBoC) dan Jepang (BOJ) itu melakukan yang namanya kantong kiri dan kantong kanan, istilah penyerapan Bank Sentral ini disebut QE


2. Tapi, Negara maju ini ingin politik bunga rendah, dan menekan inflasi rendah. PADAHAL, secara teori kalo uang beredar ditambah saat ekonomi melemah (defisit fiskal naik, penerimaan pajak turun) maka akan menimbulkan ekpektasi Inflasi dan arus uang keluar dari perbankan.


3. Ekpektasi Inflasi dan arus uang keluar akan menyebabkan bunga surat utang naik, padahal negara maju ingin uang tetap ada di likuiditas perbankannya


4. Itulah kemudian masalah Inflasi mereka ekspor ke negara berkembang, dimana uang QE dijadikan dasar operasi moneter ke pasar untuk mengelola wealth management dari dana kelolaannya, di NEGARA BERKEMBANG


5. JADI "MALAIKAT QE" seolah menolong negara berkembang menyerap surat utangnya, TAPI bunga harus tinggi untuk membiayai elpektasi inflasi di negara maju


6. Itulah tanam paksa di era jaman now, kita dipaksa menanam surat utang, yang biayanya untuk membiayai krisis negara maju. Lagu lama, seperti pledoi Indonesia Menggugat (Bung Karno, 1930) yang mengatakan tanam paksa yang hasilnya untuk membiayai krisis industri di barat.


7. Kalo sekarang, negara berkembang seperti Indonesia jalankan juga QE, apa yang salah? Kenapa negara maju boleh, negara berkembang dikatakan haram?


8. Bagi saya, simpel kalo negara berkembang jalankan juga yang sama, maka mereka akan kehilangan lapak tanam paksa surat utang negara berkembang dengan bunga tinggi dari mainan yang mereka inginkan


Sekali lagi, kita bisa berbeda pendapat soal cara seperti ini... tapi, memberikan argumen ketidaksetujuan dengan cara menari dari gendang "munafiknya global player", menurut saya sama aja ama "divide et impera" di jaman VOC...


Sekedar nyetatus, mencurahkan apa yang terpikir dari baca banyak wa hehe.

Komentar